Monday, December 29, 2008

Kisah Inspiratif: Hikmah Bersyukur

Hikmah Bersyukur

Nabi Musa alaihi salam, memiliki ummat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Mereka ada yang kaya dan juga ada yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa alaihi salam. Ia begitu miskinnya, pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa alaihi salaam, "Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada ALLAH SWT permohonanku ini agar ALLAH SWT menjadikan aku orang yang kaya."

Nabi Musa alaihi salaam tersenyum dan berkata kepada orang itu, "Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada ALLAH SWT." Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, Bagaimana aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja"!. Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya.


Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap Nabi Musa alaihi salaam. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa alaihi salaam, "Wahai Nabiullah, tolong sampaikan kepada ALLAH SWT permohonanku ini agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku itu.

Friday, December 26, 2008

Tsunami in Nanggroe Aceh Darussalam, 4 years ago

Tsunami tragedy in Aceh on December 26, 2004.




Before and After Satellite Images of Tsunami 2004



Altruism in Islam

Altruism in Islam
(The perfect altruism of the earliest Muslim society, a unique example for later generations)


Source: By Ben Adam (IslamReligion.com) - Published on 13 Nov 2006 - Last modified on 11 Dec 2006

Altruism, selfless acts done for another’s benefit in spite of oneself, is a humanitarian endeavor praised by all societies. Practically every nation on earth has stories of great kings, brave warriors and noble men and women who sacrificed their material possessions, status or even themselves for some or other common good.

Yet, it is without any reservation or hesitation whatsoever that we can point to the religion of Islam for the most perfect, sincere and comprehensive expression of altruism (eethaar in Islamic terminology). The Prophet Muhammad, may God praise him, said in a narration, known to perhaps every devout Muslim:

"None of you truly believes until he loves for his brother what he loves for himself." (Saheeh Al-Bukhari)


And with that, altruism instantly becomes a condition of true faith in God, Most High. This act of faith was demonstrated so many times throughout the history of Islam, from Muhammad’s commission as a prophet up until our present times, that to recall even a fraction of the authentic narrations that have reached us would barely touch the surface. However, for the purpose of this discussion, we will do just that.

During the great battle of Yarmuk between the fledgling Islamic state and the Roman Empire, a Companion of the Prophet, Ikrimah b. Abu Jahl, and two other noble warriors were mortally wounded. An able Muslim who was attending to the wounded offered one of the injured warriors some water, but the selfless soldier refused, insisting that one of the other fallen men be offered water first. When the water reached the second man, he too refused to drink before the thirst of the other wounded soldiers was quenched. Alas!, by the time the water had reached the third man, it was already too late: he and the other two soldiers had died. Truly these three paragons of self-sacrifice made manifest the words of their Prophet when he said:

"The best charity is that given when one is in need and struggling." (Ibn Katheer)


"…And they give others preference over themselves even though they were themselves in need…." (Quran 59:9)


The above verse was actually revealed in connection to what was, perhaps, the single greatest act of communal altruism ever witnessed in the history of mankind: the establishment of brotherhood between the Muslim emigrants fleeing persecution in Mecca (the Muhajiroon), and their helpers who took them in Medina (the Ansaar).

The Ansaar made previously untold sacrifices for their brothers in faith, despite the fact that they were themselves in great need. By their deeds, the bonds of brotherhood in the new Medinan society were strengthened and solidified in a manner not seen before or since. Arab was matched with non-Arab, freeman with former slave, Qurayshi (a member of Prophet’s own tribe) with non-Qurayshi, and so on.

"By no means shall you attain righteousness unless you spend of that which you love…." (Quran 3:92)


As an amazing example of how this brotherhood manifested itself, we have the case of the two Companions of the Prophet: Abdur-Rahman b. Awf, who was a Muhajir, and Sa’d b. al-Rabee, an Ansari. Abdur-Rahman narrates in his own words:

"When we came to Medina, the Messenger of God established bonds of brotherhood between me and Sa’d b. al-Rabee. Sa’d said: 'I am the wealthiest of the Ansar, so I will give you half of all my wealth. And see which of my wives you prefer, I will divorce her for you, and when she becomes lawful (as a divorcee), you can marry her.'

I (Abdur-Rahman) said to him: 'I do not need that. (But tell me), is there a marketplace here where people trade?' Sa‘ad said: 'There is the marketplace of Qaynuqa'… And so, the following day Abdur-Rahman went to the market to begin trading. Before long, he was once again wealthy, as he had been in Mecca, and able to marry of his own accord." (Saheeh Al-Bukhari)

"And those who, before them, had homes (in Madina) and had adopted the Faith, love those who emigrate to them, and have no jealousy in their breasts for that which they have been given (from booty and the like), and they give (the emigrants) preference over themselves, even though they were themselves in need. And whomsoever are saved from the covetousness of their own souls, such are they who will be successful." (Quran 59:9)


The altruism of the Medinan Muslims, praised by God in the Quran, was so great in its scope and impact that the Meccan recipients of their brothers’ selflessness were worried there would be no grace left for them! The Companion, Anas b. Malik, said:

"When the Prophet, may God praise him, came to Madina, the Muhajiroon came to him and said: 'O Messenger of God, we have never seen any people more generous when they have the means and more helpful when they have little, than the people among whom we have settled. They have looked after us and they have let us join them and share in all their happy occasions, to such an extent that we are afraid that they will take all the reward (from God in the Hereafter).’ The Prophet said: 'Not so long as you pray for them and praise them.’" (Al-Tirmidhi)

God Himself praised the Companions of Muhammad, both Muhajir and Ansar, for their great many selfless sacrifices and services in His Cause. He, the Almighty, also praised whoever would follow in their footsteps. Let us then follow them, perchance we may too be rewarded in heaven.

"The foremost (in faith) from the Muhajiroon and the Ansar and those who follow them in righteousness; God is well-pleased with them and they are well-pleased with Him. He has prepared for them (the Companions and their followers in righteousness) gardens under which rivers flow to dwell therein forever - that is the supreme success." (Quran 9:100)

Thursday, December 25, 2008

Tiga Bagian Manusia

Luqman Al Hakim alaihis salam pernah berkata pada anaknya,

Wahai anakku! Sesungguhnya manusia itu terdiri dari tiga bagian; sepertiga untuk Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga untuk cacing.
Bagian pertama, yang kembali kepada Allah adalah ruhnya. Kedua, yang kembali kepada dirinya dan menjadi miliknya adalah amalnya. Dan ketiga, yang menjadi bagian cacing adalah tubuhnya.


Mari jadikan sisa usia kita penuh berkah dan manfaat dengan berlomba-lomba dan bersinergi dalam kebaikan, kebajikan dan taqwa (fastabikhul khoirat). Ingatlah untuk berbagi dengan sesama, ketika lapang maupun sesempit apapun rezeki kita.

Mari menjaga keikhlasan kita dalam beramal, melatih ketawadhuan kita dalam bermuamalah, membenahi akhlak kita setiap waktu, saling mendoakan dalam kebaikan dan mengobarkan semangat istiqomah dalam niat yang hanif di jalan Allah swt :)

Kata-kata bijak dalam bahasa Bugis mengatakan Sipakainga’, sipakatau, dan sipakalebbi' (saling mengingatkan, saling menasihati dalam kebaikan, dan saling memuliakan) :)

Semoga Allah ridho menuliskan akhir hayat kita dengan khusnul khotimah (akhir yang baik). Amin ya rabbal alamin :)

Sincerely,

Bila Dikaruniai Sahabat yang Baik, Peliharalah. (part 2)

Persahabatan bukan hanya kebutuhan yang bisa memenuhi sisi kemanusiaan kita selaku makhluk sosial, tapi juga mempunyai kedudukan mulia dalam Islam. Rasulullah saw bersabda
Barang siapa yang dikehendaki ALLAH swt kebaikan, maka ALLAH akan rizkikan kepadanya seorang sahabat yang shalih yang mana bila ia lupa akan diingatkannya dan bila ia ingat akan dibantunya.


Bilal bin Sa’ad Al Asyari mengatakan "Saudaramu yang jika menemuimu kemudian mengingatkanmu tentang sikapmu kepada ALLAH, itu lebih baik daripada saudaramu yang jika bertemu denganmu lalu ia memberikan uang di telapak tanganmu."

My Al-Biruni Students grade 4th, 6th, 7th, 8th, and 9th (year 2007)

Karena itu, orang-orang shalih memang mencari dan memperbanyak sahabat yang baik. Di antara mereka ada yang mengatakan, "istaktsiru minal ikhwan fa inna likulli mu’minin syafaatun fala’allaka tadkhulu fi syafaati akhiika."
Perbanyaklah saudara, karena setiap mukmin itu mempunyai syafaat, semoga engkau termasuk dalam syafaat saudaramu.
Dalam kitab Ghariibu Tafsir disebutkan firman ALLAH swt surat An Nisa ayat 173, "Fa ammal ladziina aamanuu wa ‘amilu shaliihati fa yuwaffihim ujuurahum wa yaziiduhum min fadhlih." Maknanya adalah, orang-orang beriman kelak akan memberi syafaat kepada saudara-saudara mereka sehingga saudara-saudara itu masuk ke dalam surga bersama mereka.
Karena itulah para salafushalih memang sangat menganjurkan persahabatan, kedekatan, persaudaraan, perbauran, dan tidak menyukai kesendirian dan sikap mengisolir diri.

Monday, December 22, 2008

Happy Mother's Day, Mom! :)

Today December 22nd, we're in Indonesia celebrating Mother's Day. In this opportunity, as a daughter, I would love to say a deep and sincere thank you for my lovely mom and also wanna greet "Happy Mother's Day" to all mothers in Indonesia and worldwide.



Mama, thank you so much for your unconditional love, your affection, your sincere care, and everything for me and our family. Please forgive me for all sins and faults that I've done before to you. May Allah swt always love, bless and protect you.

Sincerely,
your lovely daughter, Rashita ^-^

Bila Dikaruniai Sahabat yang Baik, Peliharalah. (part 1)




~Bila Dikaruniai Sahabat yang Baik, Peliharalah ~


Sahabat yang baik adalah karunia. Meski untuk mendapatkannya harus kita cari. Sahabat yang baik adalah aset. Tetapi ia bisa menjadi aset yang beku bila kita tak bisa mengelolanya dengan baik. Kata kuncinya ada pada bagaimana kita berinteraksi. Sebab bersahabat pada dasarnya adalah soal interaksi.

Persahabatan yang baik sangat tergantung dari bagaimana interaksi itu dijalankan. Tetapi pertanyaan tentang bagaimana mencari sahabat yang baik lalu memeliharanya, sama juga dengan pertanyaan bagaimana diri kita sendiri akan menjadi. Akan menjadi sahabat seperti apakah diri kita bagi orang lain. Sebab persahabatan adalah urusan timbal balik.

Maka berbicara tentang sahabat yang baik adalah berbicara tentang bagaimana bila kita dikaruniai, bagaimana kita mencari, bagaimana kita memelihara dan bagaimana kita menjadi.

Orang-orang yang bertakwa adalah sahabat yang baik. Selama ini mungkin kita tidak terlalu menyadari, orang-orang itu sebenarnya ada di sekitar kita. Mereka mungkin keluarga kita, guru kita, tetangga kita atau teman kerja kita. Mungkin juga orang yang secara usia atau pun posisi atau pun jabatan lebih rendah dari diri kita. Mungkin saja jumlah mereka tidak banyak, tapi satu orang sahabat yang bertakwa, lebih baik dari segalanya.

Meskipun ketakwaan itu ada di dalam hati, tapi setidaknya bisa kita rasakan tanda-tandanya secara lahiriyah. Karenanya, bila kita memiliki orang-orang yang bertakwa itu, jangan disia-siakan. Bersahabatlah dengan mereka. Dekatilah. Lalu peliharalah persahabatan itu.

Friday, December 19, 2008

Change The World Through The Words


Alangkah besarnya makna dan pengaruh sebuah tulisan dan rangkaian kata-kata. Berikut ini, shita kutipkan rangkaian kata inspiratif dari sebuah buku yang –menurut penilaian shita pribadi- sangat bagus karya Mohammad Fauzil Adhim, Inspiring Words for Writers. I hope it can inspire you also and motivate you to write. Then someday, you can change the world through your words, Insya Allah :)

Wise Words Make the World Wide ~ Kata-kata bijak membuat dunia terasa begitu luas.

Bukan kecerdasan yang membuat seorang penulis menjadi besar.
Kehausan pada ilmulah yang membuat setiap goresan pena menjadi penuh makna.

Para penulis menghiasi kebenaran yang dibawanya dengan kata-kata yang indah,
Para pengarang menghiasi kata-kata indah dengan kebenaran
Keduanya mirip, tetapi jauh sekali perbedaannya

Banyak orang sibuk menganeh-anehkan diri agar disebut sastrawan dan seniman.
Padahal para sastrawan besar berteman dengan kesedihan agar bisa menuturkan kebenaran dengan sederhana.


Kata itu bagaikan pedang
Lincahnya menggunakan karena biasa,
Runcingnya ujung karena terasah
Tajamnya ayunan di setiap sisi karena ilmu dan hidupnya jiwa.

Menulis bukanlah bermain kata-kata.
Susunan kalimat yang indah bisa sangat membosankan kalau tidak memiliki makna yang kuat

Tulisan yang baik ibarat tanaman melati. Bunganya menjernihkan mata, baunya menyedapkan jiwa, dan setiap tangkainya mudah ditanam dimana saja.
Tulisan yang buruk ibarat makanan. Saat dikunyah mengasyikkan, sesudah keluar menjijikkan.
Tulisan yang baik menyederhanakan persoalan rumit bukan memperumit apa yang sebenarnya sangat sederhana dan remeh.

Tulisan yang baik membuat orang berpikir sesudah membacanya.
Tulisan yang buruk membuat orang kelelahan hanya untuk memahami kalimat yang sedang dibaca.

Buku yang baik sekali dibaca mencerdaskan, dibaca berikutnya mencerahkan.
Buku yang buruk dibaca sekali menyenangkan, sesudah itu sangat membosankan.

Karya-karya legendaris menyimpan makna dalam untaian kalimat sederhana
Karya-karya sederhana menyembunyikan makna dalam kata-kata yang susah dikunyah.

Kata-kata yang tersusun rapi dapat menyihir manusia. Ia menggerakkan yang diam dan meredakan yang bergejolak. Karena kata-kata, sebuah bangsa dapat bertikai dengan bangsa-bangsa lain. Dan karena kata-kata pula, pedang yang terhunus bisa masuk kembali ke sarungnya tanpa ada sedikit pun darah yang menetes. Justru sebaliknya, ia meneteskan airmata haru yang menghangatkan persahabatan dan persaudaraan.

Setiap saat, ada banyak pilihan bagi kita, sebagaimana setiap saat tersedia peluang untuk menangkap dan mengikuti inspirasi-inspirasi yang buruk dan menyesatkan atau inspirasi-inspirasi yang baik, benar dan menggerakkan. Fa alhamaha fujuurahu wa taqwaha.

Ujung pena kita pun demikian. Terserah, ke arah mana akan kita gerakkan. Kalau kita gerakkan tanpa arah yang pasti, maka ia lebih dekat dengan keburukan daripada kebenaran. Tetapi kalau kita berusaha dengan sungguh-sungguh agar setiap tetes tinta kita menjadi pembuka pintu-pintu hidayah, maka insya Allah betapa pun lemahnya kemampuan kita menulis saat ini, kelak pada waktunya akan ada karya yang benar-benar mampu mengubah dunia melalui kata.


Tak ada banyak waktu untuk bercanda. Sekarang, gerakkanlah penamu dan ubahlah dunia melalui kata! :)


Saturday, December 13, 2008

Inspirational Story: Cinta Tak Selalu Berwujud Bunga :)



Cerita ini shita dapat lagi2 di flash disknya adek. Menyentuh banget. Gak tau darimana cerita ini dia dapat. Yang pasti I just wanna share this for you all also :) Buat yang punya cerita ini "yang entah siapa" thank you for writing this story, it teachs us a lot about love, sincerely :)

Inspirational Story: Cinta Tak Selalu Berwujud Bunga

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Asah Empati dalam Berkomunikasi :)



Empati berbeda dengan simpati. Saat bersimpati kita larut dalam kondisi yang dialami lawan bicara. Sementara, ketika berempati kita tidak begitu saja larut tetapi memahami sepenuhnya kondisi lawan bicara. Dengan begitu, kita tetap bisa memandang suatu kondisi secara objektif.

Nah, ciri-ciri orang yang berempati adalah:

Sadar bahwa ketika bertatap muka, dia tidak boleh memfokuskan perhatiannya ke diri sendiri.

Memperhatikan detail, memanfaatkan waktu untuk memperhatikan sekeliling, dan mendengarkan suara-suara yang ada di sekelilingnya.

Mengobservasi dan menginterpretasikan bahasa tubuh

Memperhatikan ungkapan-ungkapan yang tidak direspons orang lain

Mampu membaca hal-hal yang tersirat

Merespek focus dan minat orang lain dan berusaha untuk tidak melanggar privasi orang lain.

Mampu membuat orang lain merasakan respek dan penghargaan dari dirinya


Source Book : Gaul, Meraih Lebih Banyak Kesempatan by Eileen Rachman & Petrina Oemar.